* Apabila pembaca mendapatkan kesalahan mohon berkenan mengoreksi (terima kasih).

Rabu, 13 Februari 2008

1.3 Murakkab (Susunan Kalimat), Maca-macam dan I’rabnya (Bag.1)

1.3. Murakkab (Susunan Kalimat), Macam-macam dan I’rabnya (Bag.1)

murakkab adalah suatu perkataan yang tersusun dari dua kalimat atau lebih yang mempunyai faidah, baik faidahnya secara sempurna, seperti:
النجاةُ فى الصدق
Kesuksesan itu ada pada kejujuran.
Atau faidahnya belum sempurna, seperti:

نور الشمس. الإنسانية الفاضلة. إن تُتقِن عَمَلك
Cahaya matahari
Sifat kemanusiaan yang sempurna
Jika engkau yakin pada perbuatanmu
.
Murakkab ada enam, yaitu: Murakkab isnady (jumlah), murakkab idhafy, murakkab bayany, murakkab ‘athfy, murakkab mazjy, murakkab ‘adady.

3.1 Murakkab Isnady atau Jumlah
Isnad artinya hukum dengan sesuatu, sebagaimana hukum atas Zuhair dengan kesungguhan, dalam kalimat: "زُهيرٌ مجتهد".
Zuhair itu orang yang bersungguh-sungguh.

Yang menerima suatu hukum itu disebut musnad
Yang dikenai hukum itu disebut musnad ilaih.
Jadi, musnad adalah lafazh yang engkau memberi suatu hukum dengan lafazh tersebut. Sedangkan musnad ilaih adalah lafazh yang engkau memberi hukum kepada lafazh tersebut.

Murakkab isnady, yang disebut pula dengan jumlah, adalah jumlah yang tersusun dari musnad dan musnad ilaih, contoh:

الحلمُ زينٌ. يُفلحُ المجتهدُ
Lemah lembut itu hiasan.
Beruntunglah orang yang bersungguh-sungguh.

الحلمُ adalah musnad ilaih, karena engkau menyandarkan lafazh زينٌ kepadanya dan memberi hukum atasnya. Sedangkan lafazh زينٌ itu musnad (yang disandarkan), karena engkau menyandarkan lafazh tersebut kepada lafazh الحلمُ . Dan lafazh يُفلحُ disandarkan kepada lafazh المجتهدُ , maka lafazh يُفلحُ itu musnad ilaih dan lafazh المجتهدُ itu musnad.

Musnad ilaih itu adalah: fa’il, naib fa’il, mubtada, isim fi’il naqish, isim huruf yang beramal dengan amal laisa, isim inna dan akhwatnya, isim la nafy liljinsy.
Contoh-contoh:

فالفاعلُ مثلُ: "جاء الحق وزهقَ الباطل"
Fa’il, seperti: ”Kebenaran itu telah datang dan kepalsuan itu segera menghilang”.

ونائبُ الفاعل مثل: "يعاقبُ العاصون، ويثابُ الطائعون"
Naib Fa’il, seperti: ”Orang-orang yang durhaka akan disiksa, dan orang-orang yang taat akan diberi pahala”.

والمبتدأُ مثل: "الصبرُ مفتاحُ الفرَجِ"
Mubtada, seperti: ”Sabar itu kunci kelapangan”.

واسمُ الفعلِ الناقص مثلُ: {وَكَانَ ٱللَّهُ عَلِيماً حَكِيماً} [النساء: 17]
Isim fi’il naqish, seperti: ” Dan adalah Allah itu Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.

واسمُ الأحرفِ التى تعملُ عملَ "ليس" مثلُ: "ما زُهيرٌ كَسولا.
تَعزّ فلا شيءٌ على الارض باقياً
اتَ ساعةَ مندَمِ.
إنْ أحدٌ خيراً من أحدٍ إلا بالعلمِ والعمل الصالح
Isim huruf-huruf yang beramal seperti amal laisa, seperti:
- Zuhaer bukanlah orang yang malas.
-
-
- Tidaklah sekali-kali seorang lebih baik dari yang lain selain dengan ilmu dan amal shaleh.

واسمُ "إنّ" مثلُ: {ِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ ٱلصُّدُورِ} [آل عمران: 119]
Isim inna dan akhwatnya, seperti: ” Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati”.

واسمُ "لا" النافية للجنس مثل {لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ ٱللَّهُ} [الصافات: 35]
Isim la nafy liljinsy, seperti: ”Tiada Tuhan selain Allah”.

Musnad yaitu: fi’il, isim fi’il, khabar mubtada, khabar fi’il naqish, khabar huruf-huruf yang beramal dengan amal laisa, khabar inna dan akhwatnya.
Musnad bisa berupa:
- Fi’il, seperti:

{قَدْ أَفْلَحَ ٱلْمُؤْمِنُونَ} [المؤمنون: 1]
Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman.
- Sifat yang dimusytaq dari fi’il, seperti:

الحق أبلجُ
Kebenaran itu lebih terang.
- Isim jamid yang mengandung makna isim sifat yang musytaq, seperti:

الحقُ نورٌ، والقائمُ به أسدٌ
(والتأويل: (الحق مضيء كالنورِ، والقائم به شجاع كالاسد)
Kebenaran itu lebih terang, dan yang berpegang teguh kepadanya adalah singa.
(takwilnya: Kebenaran itu menyinari keperti cahaya, dan orang yang berpegang teguh kepadanya berani seperti singa).

Tentang mufrad dan musnad ilaih akan dijelaskan nanti pada pembicaraan tentang i’rab, pada sub judul Khulashah (kesimpulan) Bahasa Arab.

Kalam
Kalam adalah jumlah yang mempunyai faidah terhadap makna yang sempurna yang cukup dengan dirinya, seperti:

رأس الحكمةِ مخافةُ الله
Pokok dari hikmah adalah merasa takut kepada (azab) Allah.

. فاز المُتَّقون
Beruntunglah orang-orang yang bertakwa.

من صدَق نج
Barang siapa yang benar pasti selamat.
Apabila jumlah itu belum mempunyai suatu faidah terhadap suatu makna yang sempurna yang cukup dengan dirinya, maka tidak disebut dengan kalam, seperti:

ان تجتهد في عملك
Jika engkau bersungguh-sungguh dalam amalmu
Maka kalimat ini jumlah yang belum mempunyai faidah, karena jawab syarat dari kalimat ini belum disebut dan tidak diketahui, maka ini tidak disebut dengan kalam, tetapi jika engkau telah menyebutkan jawabnya, seperti:

ان تجتهد في عملك تنجح
Jika engkau bersungguh-sungguh dalam amalmu, engkau pasti sukses.
Maka kalimat ini menjadi kalam.

3.2 Murakkab Idhafy
Murakkab idhafy adalah kalimat yang tersusun dari mudhaf dan mudhaf ilaih, contoh:

Buku murid : كتاب التلميذ
Cincin perak : خاتم فضةٍ
Puasa nahar (arafah) : صوْم النهار
Hukum bacaan juz yang kedua itu dijarkan selamanya, sebagaimana engkau lihat.

3.3 Murakkab Bayany
Murakkab bayany adalah setiap dua kalimat yang kalimat keduanya menjelaskan makna dari kalimat pertama. Murakkab ini dibagi kepada tiga bagian, yaitu:
- Murakkab washfy, yaitu murakkab yang tersusun dari sifat dan maushuf, contoh:

فاز التلميذُ المجتهدُ
Telah beruntung murid yang sungguh-sungguh.

أكرمتُ التلميذَ المجتهدَ
Aku memuliakan murid yang sungguh-sungguh.

طابت اخلاقُ التلميذِ المجتهدِ
Telah bagus akhlak dari murid yang sungguh-sungguh.
- Murakkab taukidy (taukid), yaitu murakkab yang tersusun dari muakkad dan muakkid, contoh:

جاء القومُ كلُّهُم
Kaum itu telah datang seluruhnya.

أكرمتُ القومَ كُلَّهم
Aku memuliakan kaum itu seluruhnya.

، أحسنتُ إلى القوم كلِّهم
Aku menganggap baik kepada kaum itu seluruhnya.
- Murakkab badaly, yaitu muakkad yang terdiri dari badal dan mubdal minhu, contoh:

جاء خليلٌ أخوك
Telah datang Khalil saudaramu.

رأيت خليلاً أخاك
Aku telah melihat Khalil saudaramu.

. مررت بخليلٍ أخيكَ
Aku telah bertemu dengan Khalil saudaramu.
Hukum juz kedua dari murakkab bayany adalah mengikuti juz yang pertama pada i’rabnya, sebagaimana engkau lihat.

Tidak ada komentar: